ADITYA AGSE MANDIRI,pt

Pasang Wartel

Home | Bisnis Pulsa | Tentang Kami | Layanan Kami | Support | Pasang Wartel | Pasang Warnet | Maintenance | Kontak Kami

spandukwartel2.jpg

Mengapa usaha wartel saya sukses ?

 

Tulisan berikut ini berisi tentang ilustrasi usaha wartel (warung telekomunikasi) di Indonesia. Kami membagi wartel menjadi 2 golongan, yaitu wartel modern dan wartel tradisional

 

Semoga tulisan ini bisa menjawab pertanyaan

 

"Mengapa ada orang yang sedang sukses menjadi pengusaha wartel (Januari 2008)

sementara di-sisi lain ada orang lain yang tidak sukses ?"

 

Wartel Modern vs Wartel Tradisional

 

Yang dimaksud wartel tradisional adalah wartel yang dikelola dengan cara-cara lama, si pengelola nya tidak memperhatikan hal-hal baru dan tidak mempunyai rencana baru, sedangkan wartel modern adalah wartel yang dikelola dengan cara-cara baru, dan si pengelola nya selalu memperhatikan hal-hal baru dan selalu mempunyai rencana baru. Pengelola wartel modern tidak bekerja sendiri tetapi ia mempunyai tim. Jadi usaha wartel modern dijalankan dengan cara-cara yang berbeda dibandingkan dengan wartel tradisional. Pengelola wartel modern mempunyai strategi usaha wartel yang berbeda !

 

Pengusaha wartel tradisional tidak memahami apa yang dimaksud konvergensi jaringan. Pengusaha wartel modern menggabungkan jaringan CDMA dan/atau GSM di dalam usaha wartelnya sehingga pengusaha wartel modern bisa membeli pulsa dengan harga jauh lebih murah - yang pada akhirnya membuat laba yang lebih besar. Pengusaha wartel modern sangat efisien dalam pengaturan biaya usahanya, dan di-siplin dalam hal strategi. Mereka juga sangat memperhatikan perkembangan teknologi dan perubahan pasar. Mereka banyak memanfaatkan celah dengan hadirnya jaringan CDMA dan GSM yang mempunyai cakupan zona lokal lebih luas atau dengan kata lain mereka juga memanfaatkan celah tarif ”beli lokal jual SLJJ”, hal ini pasti tidak dipahami oleh pengusaha wartel tradisional

 
Wartel tradisional mempunyai ciri-ciri:
  • Umumnya menggunakan jaringan kabel

  • Jumlah per wartel >= 4 KBU

  • Membayar biaya-biaya seperti listrik, sewa tempat, biaya iuran lingkungan dan membayar gaji pegawai wartel 2 orang, termasuk biaya perbaikan dan perawatan alat wartel

Wartel modern mempunyai ciri-ciri:

  • Umumnya menggunakan jaringan seluler CDMA dan/atau GSM

  • Jumlah per wartel hanya 1 KBU

  • Bekerjasama dengan yang punya tempat sehingga tidak perlu lagi membayar listrik, sewa tempat, biaya iuran lingkungan dan pegawai

  • Mempunyai usaha lain di lokasi yang sama

Kondisi wartel tradisional sekarang  

Kondisi wartel tradisional di Indonesia umum-nya sedang lesu. Ada diantaranya pengelola nya, baik datang dari asosiasi atau perorangan sekarang dalam keadaan bingung. Dan dalam keadaan bingung mereka menyalahkan kondisi lesu ini disebabkan karena persaingan antar wartel yg jaraknya berdekatan, dan diduga tidak sedikit diantara nya malah ada yang datang ke regulator atau operator untuk meminta sumbangan atau mengajukan usul agar permohonan ijin wartel baru di-stop saja, mereka justru mengajukan usul yang bertentangan dengan trend telekomunikasi dunia saat ini ! Orang-orang seperti ini jika ditanya bagaimana meningkatkan omset wartel – jawabannya tidak pernah ada solusi konkrit dan realistis, atau “mengambang”. “Berani Tampil Beda” dengan “menentang arus perubahan” itu adalah DUA HAL yang BERBEDA !

 

Berdasarkan undang-undang, sejak tahun 1999 tentang cetak biru telekomunikasi Indonesia bersifat kompetisi terbuka, dan sejak itu seluruh operator jaringan berkompetisi berebut pasar dengan cara merebut hati para pelanggan di Indonesia dengan sebaik-baiknya.

 

Ternyata dengan kompetisi terbuka ini justru lebih banyak mendatangkan keuntungan (manfaat) bagi pelanggan di Indonesia. Buktinya, tarif menjadi lebih murah, pelayanan menjadi jauh lebih baik, luas cakupan wilayah jauh lebih luas, tumbuhnya agen-agen penjualan handset dan voucher-voucher serta usaha-usaha turunannya yang lain sehingga menumbuhkan perekonomian yang tidak sedikit. Lihat saja pelanggan operator GSM Telkomsel di klaim sudah melebihi 50 Juta pelanggan, pelanggan Telkom Flexi di klaim sudah melebihi 7 Juta pelanggan, dan belanja bidang telekomunikasi ini mencakup nilai ratusan trilyun Rupiah (jumlah yang sangat besar - dan sangat mampu menggerakan roda perekonomian).

 

Pendek kata regulasi semacam ini adalah regulasi yang pro pasar dan pro kepada layanan masyarakat, sehingga regulasi semacam ini adalah regulasi yang lebih banyak mendatangkan manfaat bagi rakyat dalam arti yang seluas-luasnya.

 

Oleh karena nya usulan yang hanya mementingkan perorangan atau pun kelompok adalah usulan yang bertentangan dengan nafas keterbukaan sekarang, dimana nafas keterbukaan lebih mengisyaratkan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat !

 

Lalu apa hubungan nya dengan wartel ?

Kami perlu menjelaskan di sini, bahwa Kami sangat mendukung langkah pemerintah untuk menggalakkan kompetisi terbuka demi kepentingan umum yang lebih luas ! Ada nya usulan untuk men-stop ijin wartel baru dengan tujuan mendongkrak omset wartel adalah USUL YANG TIDAK ADA MANFAATNYA (jadi tidak perlu ditanggapi) karena ibarat menggarami lautan saja, alias percuma saja.

 

Jumlah wartel baru di-stop tidak akan mampu mendongkrak omset wartel lama menjadi lebih baik ! Orang-orang semacam ini kurang mengerti penyebab omset wartel nya jeblok. Wartel lama tersaingi oleh handphone bukan oleh wartel nya sendiri ! Jadi apakah orang-orang semacam itu juga akhirnya akan mengusulkan supaya handphone baru di-stop saja ??? ( yang jelas juga mengada-ngada ).

Jadi lebih baik, kita fokus saja ke hal-hal yang justru lebih mendatangkan maafaat kepada masyarakat luas ketimbang mementingkan kelompok-kelompok yang belum tentu mempunyai solusi yang lebih baik. Sudah bukan nya jaman nya lagi untuk saling blokir memblokir, sepanjang itu untuk kepentingan masyarakat luas - berikan itu semua nya secara terbuka. Jadi wartel akan tumbuh dan akan terseleksi secara alamiah dengan sendirinya

 

Di India, menelepon lokal dari ponsel ke telepon rumah hanya Rp 205 per menit bandingkan dengan di Indonesia yang Rp 700an per menit. Nepon Interlokal dari ponsel ke telpon rumah cuma Rp 205 per menit

 

 

Tidak semua usaha wartel jeblok !

Ada nya pendapat bahwa usaha wartel sekarang sedang lesu adalah tidak lah sepenuh nya benar ! Justru ada pengelola wartel yang berpendapat bahwa usaha wartel sekarang ( Jan 2008 ) sedang bagus-bagus nya ! Jumlah pengelola yang sedang sukses usaha wartel sekarang (Jan 2008) ini sudah bisa dijumpai di banyak kota di Indonesia ! Umumnya pengelola wartel semacam ini tidak pernah menunggak pembayaran telepon nya, bahkan diantara mereka tidak pernah datang ke regulator atau operator untuk minta sumbangan ! (atau memaksa supaya diberi sumbangan)

Dan mereka selalu mendukung pemerintah dalam hal memberikan manfaat kepada masyarakat yang lebih luas, mengapa bisa demikian ? Karena pengelola wartel semacam ini adalah pengelola wartel yang lebih banyak akal dan selalu berinovasi ! Pengusaha wartel semacam ini pantang menyerah, mereka menganggap pesaing sebagai tantangan bukan sebagai masalah !

 

Di bawah ini adalah ilustrasi rugi/laba wartel tradisional dan wartel modern. Tujuan dari ilustrasi ini untuk memberikan gambaran lebih jelas bagi pembaca memahami apa perbedaan wartel tradisional dan wartel modern. Angka-angka yang disajikan bentuk nya perkiraan berdasarkan pengalaman dari penulis sendiri

 
Ilustrasi usaha wartel tradisional 4 KBU
Biaya-biaya investasi Rp
Biaya perangkat wartel 4 KBU    5.000.000
Biaya sewa tempat per bulan (selama 1 tahun)    6.000.000
Biaya mebelair    1.000.000
Biaya iklan ( neon box, spanduk )       250.000
Biaya lain-lain       250.000
Jumlah biaya investasi Rp  12.500.000
 
Target laba per bulan supaya balik modal 24 bulan       521.000

 

Perkiraan Laba Rugi per bulan    
Pendapatan per hari Rp 50.000 dalam sebulan   1.500.000  
Sharing pendapatan dari operator 30 %         500.000
Kelebihan pendapatan markup 15 % biaya layanan         225.000
Tagihan telepon          775.000
Gaji pegawai 2 orang         800.000
Biaya sewa tempat         500.000
Biaya listrik         100.000
Biaya perawatan alat wartel          50.000
Biaya lain-lain         100.000
Jumlah   1.500.000    3.050.000
Rugi Rp     (1.550.000)
 

Kesimpulan usaha wartel tradisional 4 KBU

Jika ilustrasi biaya-biaya usaha wartel 4 KBU seperti tersebut di atas, maka wartel 4 KBU baru dalam kondisi baik jika mempunyai pendapatan Rp 200.000 per hari, atau Rp 6.000.000 per bulan. Wartel 4 KBU dengan pendapatan Rp. 50.000 per hari seperti tersebut di atas adalah RUGI Rp 1.550.000 per bulan dan tidak akan pernah bisa balik modal ! Target laba balik modal sebesar Rp. 521.000 tidak akan bisa pernah tercapai !

Wartel seperti ini banyak di jumpai di Jakarta, kondisi wartel seperti ini kotor, sudah tidak ter-urus, neon box nya rusak tidak diperbaiki, gaji pegawai nya sangat minim, dan wartel seperti ini tinggal menghitung hari untuk bangkrut! Pengelola wartel seperti ini yang tidak mengerti penyebab nya dan tidak mau berganti strategi umumnya bingung dan ada diantaranya malah tidak mau koreksi diri sendiri tapi cenderung menyalahkan pihak lain.

 
Ilustrasi usaha wartel modern 1 KBU
Biaya perangkat wartel CDMA 1 KBU    2.400.000
termasuk box telepon, aktivasi nomor dan pemasangan, display, antenna luar, adaptor  
pesawat telepon, kabel-kabel  
Target laba per bulan supaya balik modal 15 bulan       200.000
 
Perkiraan Laba Rugi per bulan    
Pendapatan per hari Rp. 20.000 dalam sebulan      600.000  
Bagi hasil ke kios pemilik tempat 15 %          90.000
Tagihan telepon          300.000
Gaji kolektor   *48.000
Jumlah      600.000       450.000
Laba         162.000
 
* angka gaji kolektor Rp 48.000 di dapat dari tabel gaji kolektor
 

Kesimpulan usaha wartel modern 1 KBU

Dengan pendapatan hanya 1/3 dari wartel 4 KBU, wartel modern bisa mencapai balik modal dalam tempo 15 bulan, dan jika wartel modern ini mencapai pendapatan Rp 60.000 per hari, maka wartel modern ini akan mencapai balik modal dalam tempo 5 bulan saja ! Dan dalam hal jumlah KBU wartel modern ternyata jauh lebih efisien karena hanya dengan 1 KBU mampu menghasilkan laba yang jauh di atas dari wartel 4 KBU

 
Penjelasan di atas sudah cukup ?

Bisa menjadikan saya pengusaha wartel yang sukses ?

Penjelasan tersebut di atas belum dapat membuat saya menjadi pengusaha wartel yang sukses, karena definisi pengusaha wartel yang sukses menurut penulis adalah

  • Pengusaha wartel tersebut mempunyai tim yang mengurusi bisnis wartel nya

  • Bisnis wartel ini mampu membiayai gaya hidup pemilik nya seperti sekarang dimana pemilik nya tidak perlu bekerja lagi, maksudnya seperti sekarang pemiliknya naik mobil sedan, maka ketika tidak bekerja pemilik nya tetap naik mobil sedan bukan ganti naik sepeda

Wartel Nusantara

 

Konsep usaha wartel modern ini, oleh penulis di-sebut sebagai wartel Nusantara

Wartel Nusantara adalah wartel yang menggunakan jaringan operator seluler CDMA dan/atau GSM yang memenuhi 2 kriteria dasar yaitu: BISA DIPINDAH dan BANYAK

 

Jadi jika Anda ingin berusaha wartel Nusantara, ingat, Anda harus memenuhi 2 kriteria dasar ini yaitu:

BISA DIPINDAH dan BANYAK

 

Tim Wartel Nusantara

 

Tim Wartel Nusantara terdiri dari:

Perkiraan gaji Rp

Manager Wartel 1.500.000
Admin Wartel 1.000.000
Kepala Kolektor Wartel 1.200.000
Kolektor Wartel 1.200.000

 

Gaji setiap anggota tim terkait langsung dengan prestasi, contoh tabel berikut ini adalah tabel gaji anggota tim sesuai prestasi nya. Rumus gaji di berikut ini adalah rumus gaji yang sudah saya pakai dan ternyata rumus ini bisa dijalankan dengan baik. Anda bisa saja mempunyai rumus gaji yang berbeda.

 

KOLEKTOR

Tabel Gaji Kolektor berdasarkan

pendapatan wartel per hari per lokasi Rp

   
dari sampai gaji / bulan
                -      2.500      2.250
         2.501      5.000      6.000
         5.001      7.500     11.250
         7.501     10.000     21.000
       10.001     12.500     30.000
       12.501     15.000     36.000
       15.001     20.000     48.000
       20.001     25.000     60.000
       25.001     30.000     72.000
       30.001     35.000     84.000
       35.001     40.000     96.000
       40.001     45.001   108.000
       45.001     50.000   120.000
       50.001     55.000   132.000
       55.001     60.000   144.000
   
Rumus gaji kolektor tersebut di atas adalah rumus berdasarkan pengalaman saya, Anda bisa saja mempunyai rumus yang berbeda.

 

Penjelasan tabel gaji kolektor. Misalnya, kolektor si A, dalam satu bulan berhasil mengumpulkan pendapatan wartel W1 Rp. 450.000 (wartel W1 buka selama 30 hari), dan wartel W2 Rp. 560.000 (wartel W2 buka selama 20 hari). Berapa gaji kolektor A bulan ini?

 

Jawab: Gaji kolektor A bulan ini adalah:

 

Gaji dari wartel W1 -> Rata-rata harian = Rp 450.000 / 30 = Rp. 15.000 / hari

                    -> Gaji kolektor dari wartel W1 = Rp. 36.000 (a)

 

Gaji dari wartel W2 -> Rata-rata harian = Rp 560.000 / 20 = Rp. 28.000 / hari

                    -> Gaji kolektor dari wartel W2 = Rp. 72.000 (b)

 

Total gaji kolektor A bulan ini = Gaji dari wartel W1 + Gaji dari wartel W2

                                = ( a ) + ( b )

                                = Rp. 36.000 + Rp. 72.000

                                = Rp. 108.000

Jadi, supaya seorang kolektor dapat memperoleh penghasilan yang layak, maka seorang kolektor sekurang-kurangnya harus menangani 20-30 lokasi wartel.

 

Jadi berapa kira2 gaji seorang kolektor ketika ia mulai bekerja ?

 

Perkiraan Gaji Bulan ke Keterangan Gaji yang diterima Rp
1 Uang transport @Rp50.000 per minggu x 4 minggu        200.000
Ongkos pemasangan ke-1 10 lokasi @Rp50.000 dibayar 50%        250.000
Gaji koleksi 10 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        210.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-1        660.000
2 Uang transport @Rp50.000 per minggu x 4 minggu        200.000
Ongkos pemasangan ke-2 10 lokasi @Rp50.000 dibayar 50%        250.000
Pelunasan ong.pasang ke-1        250.000
Gaji koleksi 20 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        420.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-2    1.120.000
3 Uang transport @Rp50.000 per minggu x 4 minggu        200.000
Ongkos pemasangan ke-3 10 lokasi @Rp50.000 dibayar 50%        250.000
Pelunasan ong.pasang ke-2        250.000
Gaji koleksi 30 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        630.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-3    1.330.000
4 Ongkos pemasangan ke-4 5 lokasi @Rp50.000 dibayar 50%        125.000
Pelunasan ong.pasang ke-3        250.000
Gaji koleksi 35 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        735.000
Laba hasil wartel pribadi 1 Lokasi        100.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-4    1.210.000
5 Pelunasan ong.pasang ke-4        125.000
Gaji koleksi 25 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        525.000
Gaji koleksi 10 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi        300.000
Laba hasil wartel pribadi 1 Lokasi        150.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-5    1.100.000
6 Gaji koleksi 15 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        420.000
Gaji koleksi 20 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi        450.000
Laba hasil wartel pribadi 1 Lokasi        150.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-6    1.020.000
7 Gaji koleksi 10 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        210.000
Gaji koleksi 25 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi        750.000
Laba hasil wartel pribadi 1 Lokasi        150.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-7    1.110.000
8 Gaji koleksi 5 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        105.000
Gaji koleksi 30 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi        900.000
Laba hasil wartel pribadi 1 Lokasi        200.000
Bonus ranking 1        400.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-8    1.605.000
9 Ongkos pemasangan ke-5 10 lokasi @Rp50.000 dibayar 50%        250.000
Gaji koleksi 15 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        315.000
Gaji koleksi 30 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi        900.000
Laba hasil wartel pribadi 1 Lokasi        200.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-9    1.665.000
10 Pelunasan ong.pasang ke-5        250.000
Gaji koleksi 15 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        315.000
Gaji koleksi 30 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi        900.000
Laba hasil wartel pribadi 2 Lokasi        300.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-10    1.765.000
11 Gaji koleksi 10 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        210.000
Gaji koleksi 35 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi     1.050.000
Laba hasil wartel pribadi 2 Lokasi        400.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-11    1.660.000
12 Gaji koleksi 10 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        210.000
Gaji koleksi 35 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi     1.050.000
Laba hasil wartel pribadi 2 Lokasi        400.000
Bonus ranking 1        400.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-12    2.060.000
13 Gaji koleksi 10 lokasi dg asumsi omset Rp8000 per hari per lokasi        210.000
Gaji koleksi 35 lokasi dg asumsi omset Rp10.000 per hari per lokasi     1.050.000
Laba hasil wartel pribadi 2 Lokasi        400.000
Insentif dari anak buah        100.000
Jumlah gaji yang diterima bulan ke-13    1.760.000
 

Jika Anda berminat untuk membuat Wartel,silahkan hubungi Kami di +62215445449 dengan senang hati Kami membantu anda.

wartel.jpg

spandukwartel.jpg

Ingin segera buat WARTEL?
Hubungi Kami sekarang juga:
021-70009214
021-5445449
Kami akan segera membantu anda!

Aditya Agse Mandiri,pt
Jl.Peta Utara 48 Jakarta 11000 INDONESIA Telp.+62215445449 Fax.+622154372139.Mail:pt_a2mjkt@yahoo.com @Allraight Reserved